Blog ini berisi hal-hal mengenai layanan bimbingna khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling

Senin, 19 April 2010

PENDEKATAN PSIKONALISIS

A. PENGANTAR
Salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi adalah teori psikoanalisis Sigmund Freud. Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia dan metode psikoterapi. Sigmund Freud adalah orang yang menemukan pendekatan psikoanalisis yang memberikan pandangan baru kepada psikologi. Sumbangan dari teori psikoanalisis dalah kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami dan pemahaman terhadap sifat manusia bisa diterapkan pada peredaan penderitaan manusia, tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor tak sadar, perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa, teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh individu dalam mengatasi kecemasan dengan mengandaikan adanya mekanisme yang bekerja untuk menghindari luapan kecemasan, dan pendekatan psikoanasis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketaksadaran melalui analisis atas mimp-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi.
B. KONSEP UTAMA PENDEKATAN PSIKONALISIS
Susunan kepribadian menurut Sigmund Freud :
1. Id (das es, dorongan nafsu) adalah komponen biologis.
Merupakan prinsip kepuasan yaitu bersumber kebutuhan-kebutuhan yang dalam mencapai usaha memuaskan kebutuhan itu akan bertindak secara tidak realistis, agresif dan primitif. Misalnya bayi kalau lapar, haus atau sakit hanya bias menangis karena belum dapat mencari dan belum dapat berusaha sendiri dia masih berhak dilayani kebutuhannya sedangkan pada anak dewasa harus mencari dan usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.
2. Ego (das ich, prinsip realita) adalah komponen psikologis.
Merupakan prinsip realitas yang mengatur hubungan manusia dengan kenyataan. Ego menjadi penengah yang memutuskan suatu tindakan sadar berdasarkan dorongan id dengan kenyataan yang ada di luar dirinya dan berpedoman kepada super ego. Jadi ego bertindak sebagai pengatur yaitu menyesuaikan pemuasan kebutuhan-kebutuhan dengan kenyataan sekelilingnya.
3. Super ego (das uber ich, hati nurani, moral) adalah komponen sosial.
Merupakan prinsip moral yang mengatur berdasarkan pedoman moral yang ada dan berlaku di tempat itu. Pedoman moral ini berdasarkan kepada kebudayaan adat, hukum dan perkembangan zaman. Super ego mula-mula dating dari orang tua setelah dewasa dari masyarakat dan kebudayaan yang mengambil alih kedudukan orang tuanya dirumah.
Contoh interaksi antara id, ego dan super ego :
Makana orang lapar
Keterangan :
Id : mendesak ego supaya cepat-cepat mengambil
makanan itu karena dorongan rasa laparnya.
Super ego : mengingatkan dan melarang karena makanan itu bukan miliknya, mengambil barang yang bukan miliknya adalah tidak baik atau berdosa.
Ego : mulai mengatur diri. Kedudukannya menjadi sulit, ego didesak id (nafsu) untuk segera memuaskan kebutuhannya (makan makanan itu) dengan cara apapun, sedangkan super ego melarangnya untuk bertindak karena atas dasar moralnya.
Kunci untuk memahami tingkah laku dan masalah kepribadian menurut Sigmund Freud :
1. Kesadaran dan ketidaksadaran
Ketaksadaran tidak bisa dipelajari secara langsunng tetapi bisa dipelajari dari tingkah laku. Pembuktian klinis guna membuktikan konsep ketaksadaran mencakup mimpi, salah bicara dan dengan ngompol. Jadi sasaran terapi psikoanalisis adalah membuat motif tak sadar menjadi disadari, sebab hanya ketika menyadari motif-motifnyalah individu bisa melaksanakan pilihan.

2. Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Ada tiga macam kecemasan yaitu :
a. Kecemasan realistis
Kecemasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia luar dan taraf kecemasannya sesuai dengan ancaman yang ada.
b. Kecemasan neurotik
Kecemasan neurotik adalah ketakutan terhadap tidak terkendalinya naluri yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya.
c. Kecemasan moral
Kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani sendiri.
C. PROSES TERAPINYA
Tujuan terapi psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien.
Proses terepi difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui. Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman diri lebih penting lagi.
Karakteristik psikoanalisis adalah terapis membiarkan dirinya anonim serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis. Proyeksi-proyeksi klien yang menjadi bahan terapi ditafsirkan dan dianalisis.
Terapis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam memperoleh kendali atas tingkah laku yang impulsif dan irasional. Terapis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan. Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien. Sementara yang dilakukan oleh klien sebagian besar adalah berbicara yang dilakukan oleh terapis adalah mendengarkan dan berusaha nuntuk mengetahui kapan dia harus membuat penafsiran yang layak untuk mempercepat proses penyingkapan hal-hal yang tak disadari. Terapis mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien., mengartikan mimpi-mimpi dan asosiasi bebas yang dilaporkan oleh klien dan mengamati klien secara cermat selama pertemuan terapi berlangsung. Penngorganisasian proses terapeutik dalam konteks pemahaman terhadap susunan kepribadian itu memungkinkan terapis bisa merumuskan sifat sesungguhnya dari masalah-masalah klien. Fungsi utama terapis adalah mengajarkan arti proses-proses ini kepada klien sehingga klien mampu memperoleh pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara untuk berubah. Dengan demikian memperoleh kendali yang lebih rasional atas kehidupannya sendiri.
Hubungan klien dengan terapis dikonseptualkan dalam proses transferensi yang menjadi inti pendekatan psikoanalisis. Transferensi mendorong klien untuk mengalamatkan pada terapis “urusan yang tak selesai” yang terdapat dalam hubungan klien di masa lampau dengan oranng yang berpengaruh. Proses pemberian treatment mencakup rekonstruksi klien dan menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampaunya.
D. TEKNIK DAN PROSEDUR TERAPI
1. Teknik Asosiasi bebas
Asosiasi bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik di masa lampau, yang dikenal dengan katarsis/pembersihan jiwa. Prosedurnya terapis meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan-renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya, betapapun menyakitkan, tolol, remeh, tidak logis, dan tidak relevan kedengarannya. Singkatnya dengan melaporkannya segera tanpa ada yang disembunyikan klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Cara yang khas klien berbaring di atas balai-balai sementara terapis duduk di belakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi-asosiasinya mengalir bebas.


2. Teknik Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan transferensi-transferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan terapis yang menyatakn, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut.
3. Teknik Analisis mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
4. Teknik Analisis resistensi
Resistensi sebuah konsep yang fundamental dalam praktek terapi psikoanalisis adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari.
5. Teknik Analisis transferensi
Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi.
6. Teknik hipnotis
Teknik hipnotis adalah adalah tenik yang dilakukan dengan jalan klien di hipnotis supaya tidak sadar. Tetapi sekarang tidak digunakan lagi karena dapat menimbulkan efek samping pada saraf klien dan tidak semua konselor dapat dilatih hipnotis.


DAFTAR PUSTAKA
Gerald Corey. 2005. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung : PT.
Refika Aditama.
Siti Sundari. 1981. Ilmu Kesehatan Mental. Yogyakarta : Swadaya.

Selasa, 13 April 2010

Pandangan Teori Psikoanalisis tentang Perilaku Korupsi


Sigmund Freud merupakan pendiri Psikoanalisis. Teori Psikoanalisis fokus pada pentingnya pengalaman masa kanak-kanak. Intinya, masa kanak-kanak memegang peran menentukan dalam membentuk kepribadian dan tingkah laku manusia ketika dewasa kelak.
Ada lima tahap perkembangan kepribadian dalam Psikoanalisis. Menurut Freud, manusia dalam perkembangan kepribadiannya melalui tahapan oral, anal, phallis, laten, dan genital. Tahap pertama, tahapan oral. Pada tahap ini manusia melulu menggunakan mulutnya untuk merasakan kenikmatan. Bayi selalu memasukkan ke mulutnya setiap benda yang dipegangnya. Tahapan ini berlangsung pada 0-3 tahun. Tahap kedua, tahapan anal. Inilah tahapan ketika anak memperoleh kenikmatan ketika mengeluarkan sesuatu dari anusnya. Anak menyukai melihat tumpukan kotorannya. Pada tahap ini anak dapat berlama-lama dalam toilet. Tahap ketiga, tahapan phallis. Tahap phallis berlangsung pada umur 8-10 tahun. Anak memperoleh kenikmatan dengan memainkan kelaminnya. Tahap keempat, tahapan laten. Anak melupakan tahapan memperoleh kenikmatan karena sudah memasuki usia sekolah. Anak mempunyai teman dan permainan baru. Tahap kelima, tahapan genital. Inilah tahapan ketika perkembangan kedewasaan mencapai puncaknya. Manusia sudah memasuki tingkat kedewasaan. Tahap-tahap perkembangan ini berjalan normal, dari satu tahap ke tahap berikutnya. Namun, bisa saja orang terhambat dalam perkembangan dini. Freud menyebutnya fiksasi. Penyebabnya beragam, bisa karena orang tua, lingkungan sosial, atau konflik mental.
Lantas apa relevansinya dengan perilaku korupsi? Untuk menjawabnya, kita mesti melacak akar penyebab korupsi.
Gone Theory
Menurut Jack Bologne, akar penyebab korupsi ada empat : Greed, Opportunity, Need, Exposes. Greed terkait keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya. Punya satu gunung emas, berhasrat punya gunung emas yang lain. Punya harta segudang, ingin punya pulau pribadi. Opportunity terkait dengan sistem yang memberi lubang terjadinya korupsi. Sistem pengendalian tak rapi, yang memungkinkan seseorang bekerja asal-asalan. Mudah timbul penyimpangan. Saat bersamaan, sistem pengawasan tak ketat. Orang gampang memanipulasi angka. Bebas berlaku curang. Peluang korupsi menganga lebar. Need berhubungan dengan sikap mental yang tidak pernah cukup, penuh sikap konsumerisme, dan selalu sarat kebutuhan yang tak pernah usai. Exposes berkaitan dengan hukuman pada pelaku korupsi yang rendah. Hukuman yang tidak membuat jera sang pelaku maupun orang lain. Deterrence effect yang minim.
Empat akar masalah diatas merupakan halangan besar pemberantasan korupsi. Tapi, dari keempat akar persoalan korupsi tadi, bagi saya, pusat segalanya adalah sikap rakus dan serakah. Sistem yang bobrok belum tentu membuat orang korupsi. Kebutuhan yang mendesak tak serta-merta mendorong orang korupsi. Hukuman yang rendah bagi pelaku korupsi belum tentu membikin orang lain terinspirasi ikut korupsi. Pendeknya, perilaku koruptif bermula dari sikap serakah yang akut. Adanya sifat rakus dan tamak tiada tara. Korupsi, menyebabkan ada orang yang berlimpah, ada yang terkuras, ada yang jaya, ada yang terhina, ada yang mengikis, ada yang habis. Korupsi paralel dengan sikap serakah.
Fiksasi dan Korupsi
Ada hubungan antara tahapan perkembangan kepribadian anak dengan kondisi anak setelah dewasa. Bila pada tahap-tahap itu terjadi fiksasi atau hambatan perkembangan kepribadian., maka kepribadian itulah yang dibawanya sampai besar.
Sifat serakah adalah sifat dari orang yang terhambat dalam perkembangan kepribadiannya, yaitu ketika dia terhambat dalam tahap kepribadian anal. Seorang anak yang mengalami hambatan kepribadian pada fase anal, ketika besar ia akan mempertahankan kepribadian anal. Karakter orang ini ditandai dengan kerakusan untuk memiliki. Ia merasakan kenikmatan dalam pemilikan pada hal-hal yang material. Fase anal ditandai oleh kesenangan anak melihat kotoran yang keluar dari anusnya. Kini, kotoran telahdiganti benda lain. Benda itu berujud uang, mobil, rumah, saham, berlian, emas, intan. Koruptor adalah anak kecil dalam tubuh orang dewasa. Badannya besar, jiwanya kerdil. Untuk menyembuhkannya, hilangkan hambatan itu. Tunjukkan padanya bahwa pada dasarnya dia belum dewasa. Kesenangan mengumpulkan harta adalah simbol perilaku menyimpang akibat terhambat dalam perkembangan kepribadian di masa kanak-kanak. Alhasil, koruptor adalah orang yang belum dewasa. Ia masih perlu belajar memperbaiki kualitas kepribadiannya.

Mengenai Saya

Foto saya
Saya adalah seorang yang mempunyai prinsip untuk selalu membantu seseorang yang membutuhkan bantuan terlebih jika seorang tersebut membutuhkan solusi yang tepat untuk pemecahan masalah yang dialaminya karena saya seorang calon konselor

IKLANKU